Wednesday, August 7, 2013


Day #1

"Nan, aku wis tekan jogja. Iki nomerku sing anyar"
"Kabari nek arep lungo-lungo yohh"

Aku mengirimkan pesan singkat kepada Adnan, seorang teman yang hobinya berpetualang menemukan tempat-tempat baru yang menarik untuk dikunjungi. Hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kembali ke kampung halaman setelah sibuk dengan rutinitas ibukota, aku kembali untuk merayakan tradisi orang-orang di negeri ini. Mudik.
"Sesuk neng nggone Rizal yuh, sore. ngopi film film-e
"hmm isuk wae, Des. Sesuk sore meh arep do neng embungan Nglanggran. Mangkat jam 3 sore karo Mala, Popon ro Lathief juga jare arep melu" balas Adnan 

Nah, baru sehari sudah ada rencana. Siapa yang tidak senang?
Oh ya, Kuperkenalkan. Adnan itu mahasiswa tahun ketiga di Universitas Islam Nasional jurusan Teknik Kimia. Seperti yang kukatakan tadi, dia hobi sekali mblusuk-mblusuk ke daerah-daerah yang belom banyak orang tahu. Hobi mblusuknya ditambah dengan teknik foto yang cukup handal dia miliki. kalian bisa melihat hasil petualangannya di blognya 

Lalu ada Rizal. Aku mengenalnya ketika aku bekerja di salah satu studio desain di Jogjakarta yang berkonsentrasi dalam pembuatan annual book anak-anak SMA. Dia salah satu illustrator handal yang memiliki kegemaran sama denganku. Jepang.

Mala. Pemudi ini juga suka ngikut kalau kita jalan-jalan. Mala bekerja di Langgeng Art Fundation, sebuah galeri seni yang apik. Jika ke Jogja, sempatkanlah dirimu untuk singgah ke galeri itu.

Popon itu baru saja lulus dari studi Graphic Design-nya di Modern School of Design. Bulan Desember ini kami berencana mengontrak rumah untuk sama sama dijadikan sebuah mini studio. Mudah-mudahan tidak ada halangan, dan saya bisa kembali ke kota ini dan bekerja di sini. Amin. 

Terakhir Lathief. Kawan paling alim, rajin shalat. Dia satu perguruan dengan popon, studi di kampus yang sama.

Singkat cerita, akhirnya kami berkumpul sekitar pukul 4 sore di Langgeng, tempat Mala bekerja. Kami akan menempuh waktu sekitar 1 jam menggunakan sepeda motor untuk sampai ke embung itu. Untuk memasuki kawasan embung kita cukup membayar tiket masuk hanya Rp.3000 per-orang dan parkir Rp.2000,-


Embung Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran mempunyai luas 70×70 m2 berada sekitar 1,5 Km sebelah tenggara pintu masuk wisata Gunung Api Purba.

Embung Nglanggeran ini dulunya merupakan sebuah bukit bernama Gunung Gandu. Bukit itu lantas di potong dan dikeruk guna dijadikan telaga tadah hujan yang bisa mengairi kebun buah yang ditanami tanaman buah durian dan kelengkeng. Jenis durian yang ditanam adalah Durian Montong dan Kane. Selain berasal dari air tadah hujan, air embung ini juga berasal dari Sumber Sumurup yang terletak di Gunung Nglanggeran.


Ada satu hal yang membuatku cukup takjub dalam perjalanan kali ini. Yaitu semangat para pemuda desa Ngelanggran ini. Mereka melihat potensi yang dimiliki oleh desa mereka. Kawasan gunung yang dulunya tidak bisa menghasilkan apa-apa, saat ini dalam waktu cukup singkat telah berkembang menjadi kawasan objek wisata alam yang menurutku bisa jadi contoh oleh pemuda-pemudi di desa-desa lainnya. Para pemuda yang tadinya berniat untuk merantau akhirnya mengurungkan niatnya guna mengembangkan wilayahnya sendiri.

"Sebentar lagi bisa dipakai buat syuting FTV neh" celetuk Rizal

Dan malam memanggil matahari untuk pulang. Senja menjelma kabut tipis, menggigilkan telingaku. 
....

4 comments:

  1. Hasil jepretannya selalu menakjubkan, kak! Dan daerah blusukannya bikin ngiler. Envy much!

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha makanya mainlah sini sama kakakmu itu suruh ngajak kamu kemari :)

      Delete
  2. bagus! udah pernah ke nglanggeran 2x tapi belom tau kalo ada embungnya. next time :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, ini baru diresmiin Februari lalu.. :) monggo diampiriii

      Delete