Tuesday, January 31, 2012

kereta sudah berangkat. ketika aku baru menapakan wajah tergesa pada stasiun tua ini.
gerimis perlahan dan irama saling cakap,  sebuah lagu pengantar jejakjejak laju gerbong terakhir.

seperti biasa.
sore dan senja akan melabuhkan senyumnya yang ranum menjadi malam sekelam kopi pahit tadi pagi.
aku duduk di satu bangku yang cukup berkarat, terdengar keritnya yang sakit
setiap kali kugerakkan punggungku yang rapuh.

lambat. aku perhatikan
secarik tiket perjalanan
hanya selembar kertas yang dimainkan jarijariku
sekilas teringat sepenggal kata kawan
"kita bisa lebih jelas melihat pemandangan dari jendela"

dan kini sebuah buku catatan, kubaca.
sejak awal.pelan.seksama.tanpa airmata.

"awal"
ujung pena yang lusuh. tinta yang mengabu.
dan sepenggal doa yang kutulis lirih.

gerimis jadi hujan
hujan kembali menjadi gerimis
yang kemudian senyap
 dingin hinggap
merayap malam-malam yang kedap
kelam dan sepahit kopi pagi tadi.

...
kereta berikut
datang dengan sambut.
hanya sebuah waktu sedikit luput.


*Sajak di Stasiun. Nov 2010
Kau lihat senja yang di sana?
ya..
ia sudah mengabu..
sebab tak lagi matahari yang memeluknya...
namun bulan sudah menjadi selimut ketika malam mulai menggerogoti kulit halusnya

dingin...

Sunday, January 22, 2012


"Apa kamu menyerah?" tanyaku padanya
"Awalnya"
"Jadi?" tanyaku lagi.

Saturday, January 21, 2012


"Berapa jam dari Siak ke Pekanbaru, Bang?" Aku bertanya kepada seorang lelaki kekar yang berdiri di samping dermaga pelabuhan kecil di sebuah kota kecil bernama Siak.
"Sekitar 2 jam" jawabnya, kemudian ia turun ke dalam speedboat, menuju ke bagian ekor perahu cepat itu lalu memeriksa baling-baling dan segala macam perlengkapan lainnya. 

Awan menggelayut di tepi langit yang benar-benar biru hari itu. Selama aku berada di kota ini, aku belum merasakan hujan, dan setiap hari langit benar-benar merias wajahnya dengan baik. Setelah membeli tiket aku segera menaiki speedboat, dan memilih duduk di bagian atas kapal. Jam menunjuk pukul 4 lebih sepuluh menit, kapal ini adalah kapal terakhir yang mengantar penumpang dari Siak menuju Pekanbaru. Sekitar 5 menit kemudian kapal mulai berangkat. Deru suara mesin dan riak air sungai mulai menyatu dengan angin kencang. Dalam perjalanan ini aku lebih memilih untuk diam. Menikmati pemandangan di sepanjang sungai terdalam di Indonesia ini, mengabadikannya untuk teman yang berada jauh di sana.

Saturday, January 14, 2012



"Itu kucing kalo tuannya pergi merantau, ia akan pergi keluar rumah dan sombong sekali dia gak pernah mau mampir ke rumah" kata ibunya teman saya.

"Apa yang menarik di kota ini, Paman?" tanyaku pada Paman Ijul. Paman Ijul adalah pamannya Bio, teman saya yang berencana akan menyelenggarakan pesta pernikahannya di kota kelahirannya ini, Pekanbaru.
Siang cukup terik di kota ini. Kemudian saya dibawa paman Ijul sejenak berkeliling kota ini menuju sebuah kedai bernama Kedai Kopi Laris. Kedai Kopi Laris terletak di Jl. Dr. Laimena (d/h Jl. KAret) No. 26 di sebuah kawasan Tionghoa, salah satu sudut kota Pekanbaru.