Saturday, January 14, 2012


"Apa yang menarik di kota ini, Paman?" tanyaku pada Paman Ijul. Paman Ijul adalah pamannya Bio, teman saya yang berencana akan menyelenggarakan pesta pernikahannya di kota kelahirannya ini, Pekanbaru.
Siang cukup terik di kota ini. Kemudian saya dibawa paman Ijul sejenak berkeliling kota ini menuju sebuah kedai bernama Kedai Kopi Laris. Kedai Kopi Laris terletak di Jl. Dr. Laimena (d/h Jl. KAret) No. 26 di sebuah kawasan Tionghoa, salah satu sudut kota Pekanbaru.



"Kedai ini salah satu tempat yang paling tua di kota ini" Paman Ijul mulai bercerita.
"Kedai ini sudah ada sejak tahun '56"
"Orang tua yang mengelola kedai ini, dulunya adalah pejuang Riau keturuanan tionghoa bernama Tan Kim Teng, beliau berjasa dalam pemasokan senjata dari Singapura."
"Nah, itulah kenapa kopi ini bernama Kim Teng" jelasnya lagi

Kedai ini berdiri tak jauh dari pelabuhan kecil yang sekarang sudah tidak dipergunakan lagi. Mungkin dulu, tempat ini menjadi tempat para pelancong atau pedagang beristirahat sambil menikmati kopi dan bersenda gurau dengan kawan-kawannya. 
Tidak menunggu lama secangkir kopi hitam dan sepiring roti bakar selai srikaya diantarkan seorang perempuan tionghoa ke meja kami. Saya bukan penggemar kopi yang tahu mana kopi yang enak atau tidak, tapi ketika saya menyeruput kopi tersebut, entah sadar atau tidak tiba tiba saya berkata dengan mantab kepada paman Ijul, "Mantab, Paman!"

Kopi yang diseduh pada sebuah cangkir tebal ini, memiliki kemasaman yang cukup rendah, dan entah mungkin karena yang buat memang ahli, saya bisa merasakan perbedaannya dengan kopi yang saya pernah saya rasakan sebelumnya.

"Di sini dijual juga kopi bubuknya, tapi yang buat ndak dijual" gurau Paman Ijul.
"Kopi boleh sama, tapi siapa yang membuatnya itulah yang membedakan hasilnya" 
"Jadi walaupun kopi dalam bentuk bubuk dijual juga, tapi orang-orang masih memilih untuk menikmatinya di sini. Karena mereka belum tentu bisa membuat kopinya yang seenak di sini"
"Tangannya beda"

Yang nikmat lagi adalah roti bakar selai srikaya yang disajikan bersama kopi Kim Teng ini. Selai Srikaya yang mereka buat sendiri dilumurkan pada sepotong roti yang sangat lembut. Benar-benar pasangan pas, dan berhasil membuat siang itu terasa begitu nikmat.


  

Sampai saat ini ada sekitar empat kedai lainnya yang dikelola oleh kakak-beradik dari keturunan keluarga Tan Kim Teng. Ada hal menarik yang saya temukan di salah satu kedai kopi milik keluarga ini. Yaitu kedai Kim Teng yang terdapat di daerah Senapelan, yang lebih modern dari kedai kopi yang disini. 
"Di Kim Teng yang disana itu tempat nongkrongnya para pejabat"
"Bisa dibilang, itu adalah kantornya para PNS"
"Kalau kamu berkunjung ke sana pada jam kerja kantor, pasti tidak sulit menemukan mereka asik bersantai atau biasanya menjadi tempat transaksi bisnis sampingan para pejabat itu."
"Lucunya, kalau kamu kesulitan mencari seorang pejabat di kantornya, cari saja mereka di kedai itu" kata paman sambil tertawa.






Tidak berlangsung lama, obrolan kita terhenti oleh dering telepon genggam paman. Dan kita berdua harus kembali ke rumah sebab memang banyak hal lain yang harus dikerjakan hari itu. Bagi saya, Kedai Kopi Laris ini adalah tempat pertama yang akan masuk dalam daftar catatan tempat menarik di kota ini. Hari masih panjang, masih dini perjalanan saya mencari hal menarik di kota yang panas ini.

1 comment: