Sunday, January 22, 2012


"Apa kamu menyerah?" tanyaku padanya
"Awalnya"
"Jadi?" tanyaku lagi.

Sore itu semburat senja sudah sedari tadi berbaring di pelaminan hari. Sebuah perjalanan kecil menuju sebuah danau cukup tergesa. Danau yang terletak beberapa kilometer di salah satu sudut kota Rumbai cukup membuatku begitu bersemangat. Sempat terlupa membawa beberapa peralatan foto, akhirnya sampai juga di danau yang memukau ini. 
Pertama kali bertemu dengannya, aku langsung menebak kalau ia seorang atlet. Matanya begitu tajam seperti elang, kemudian bahunya yang bidang, badan yang tegap bahkan seorang laki-laki banyak yang menginginkan badannya seperti dirinya. Dan benar saja ketika mendapatkan kesempatan berbincang dengannya terungkap kalau ia seorang atlet tenis meja.

"Saingannya kebanyakan dari luar, jadi cukup berat"
"Pengurus sini lebih suka mengimpor pemain dari luar Riau apa lagi dari Jawa"
Baru-baru ini ia gagal dalam seleksi tim PON yang akan diselenggarakan di kota ini bulan september mendatang.

Ketika mendengar kata pingpong, aku langsung berpikir apa yang menarik dari olahraga ini?
"Tangan seorang pemain tenis meja bisa menghasilkan sedikitnya sepuluh jenis pukulan" katanya.
"Seorang pemain tenis meja harus selalu fokus, konsentrasi tinggi. Benar-benar menggunakan reflek, kecepatan dan naluri yang tinggi."
"Tidak hanya itu dalam waktu yang sama juga menggunakan otaknya untuk mengatur strategi"
Mungkin memang kebetulan atau tidak, melihat dirinya yang seperti ini aku jadi tahu dan paham apa yang dibicarakannya tadi.

Ia mengenal tenis meja sejak kecil, ketika itu dia senang memperhatikan ayahnya yang begitu mencintai olah raga ini. Di satu kesempatan ia mencoba bermain sendiri. Lalu suatu saat ayahnya melihat dirinya bermain sendirian. Diajaklah ia bermain bersama. Semenjak itu, ia giat berlatih sampai-sampai kemana-mana ia selalu membawa pemukulnya. Sampai saat ini ia berkali-kali memenangi kejuaraan di kotanya, bahkan ditingkat Sumatra.

"Setelah lulus sekolah, kamu mau kemana?"
"Kayaknya ke Semarang"
"Mau apa di sana?"
"Mau melanjutkan karier yang lain"
"Apa?"
"Mau daftar ke Akpol"
ah, sayang sekali pikirku




No comments:

Post a Comment