Wednesday, April 18, 2012


Sekitar pukul setengah delapan adalah tetes-tetes hujan terakhir malam ini. Tanah basah perlahan merayap malam yang senyap. Aku melaju dengan sepeda motorku menuju Taman Siswa menemui beberapa teman yang sudah sedari tadi menungguku.
"Kowe ngerti nggone ra?"
"Ora"
"Iki si Mara ngandani nggone"
Aku melihat telpon genggamnya, mengamati pesan pendek dari seorang teman bernama Amara yang menunjukan jalan menuju sebuah warung kopi. 
"Hm..cedak karo Taman Sari, to"
"Yowis, yo mangkat"



Pukul 8 malam lebih 9 menit kami sampai di warung itu. Warung itu berada di sebelah barat alun-alun selatan Yogyakarta. Sebuah warung yang tidak terlihat menarik jika hanya melihatnya sepintas. Hanya ada petunjuk berupa plang berbentuk segi empat, tertera tulisan Warung Senja dengan gambar matahari yang warnanya tersamarkan oleh lampu jalan berwarna yang sama. 
Ketika memasuki warung tersebut, aku merasakan suasana nostalgia. Seperti terlempar ke dalam mesin waktu dan terbuang di era 80-an. Beberapa meja kayu biasa, kursi-kursi yang biasa digunakan dan ditemukan di sekolah-sekolah dasar, Seorang pak tua sedang asik menulis di slaah satu meja, seorang bapak tua lan menikmati secangkir kopi sambil membaca koran pagi tadi, seorang bapak tua lain dan lainnya sedang menonton siaran berita di TVRI dan tembang jawa yang redup terdengar lirih. Sebuah sepeda onthel yang sangat menarik terparkir di halaman warung. Kami benar-benar takjub dengan bentuk sepeda itu. Orisinil.

"Enak disini, sepi. Jadi ngobrolnya enak" kata Amara yang datang menuyusul.
"Lupakan Semesta" kata Ajik sambil terkekeh-kekeh.

Kami kemudian memutuskan memesan teh poci dan kemudian disusul satu piring gorengan mendoan yang datang terlambat, tentu saja masih hangat. Adnan sibuk dengan kameranya, aku pun mengeluarkan kamera digital poket pinjaman. Beberapa waktu kemudian Rizal datang yang disusul oleh Nissa. Obrolan pun melupa waktu dan kami tenggelam dalam cerita malam itu.

Malam semakin malam, meninggalkan sisa-sisa percakapan yang hilang bersama asap rokok dan percakapan-percakapan usang. Kami beranjak kantuk.








2 comments: