Monday, April 30, 2012


"Apa kau tidak pernah mau mengatakan padanya?" tiba-tiba seekor burung berkata padaku. Seekor burung gereja bertengger di sebuah kabel yang melintang dari satu tiang ke tiang lainnya.
"Mengatakan apa?" jawabku
"Aku selalu memperhatikanmu" katanya lagi. 
"Ketika pagi, aku selalu melihatmu membangunkannya. Dengan sinar yang hangat kau memberikannya nafas lalu ia menjadi sebuah bunga yang sangat indah. Mekar, menyebar harum yang ranum."
"Yah, tapi aku melakukannya padamu juga kan, juga setiap makhluk hidup di bumi ini" kataku
"Tapi berbeda ketika kau lakukan hal itu padanya"
"Aku pasti mendapatkanmu sedang termenung memperhatikan bunga itu ketika langit duduk di tepi hari, seperti saat ini "
"Aku tahu hatimu jatuh kemudian melayang dan hinggap padanya, sebab kemudian mega-mega begitu cantik, dan begitu sentimentil. Senja yang sama, tapi rasanya berbeda. Aku bisa merasakannya." celotehnya lagi.


Seperti Si Pungguk yang kedapatan mengitip bulan yang sedang menari telanjang di langit kelam. Aku lebih memilih diam. 
"Aku selalu bermimpi untuk menjadi sepertinya" kataku tiba-tiba
"Jadi seperti apa?"
"Bunga"
"Sehingga mungkin aku bisa punya kesempatan untuk mengatakan padanya, sebab kita bertemu pada wujud yang sama"
"Tapi entahlah kupikir itu tidak akan mungkin"
"Jika aku menjadi bunga, lalu siapa yang akan melakukan apa yang kulakukan setiap hari?"
"Aku sudah cukup senang bisa selalu berada di setiap pagi, membangunkannya lalu kemudian mekar melihatnya menjadi begitu cantik, kemudian memacu detak jantungku tiap detik"
"Aku begitu menikmati ketika dengan cahayaku, membelainya lembut agar ia terjaga dengan perlahan"
"Yah, walaupun ia mungkin tidak pernah sadar, sebab aku hanya seberkas cahaya."
"Kupikir ia tahu, seharusnya ia tahu"
"Entahlah"

Kemudian, malam membawa matahari pulang, kembali ke perbaringan untuk diceritakannya dongeng-dongeng penuh doa, sampai ia bertemu dengan esok, pagi yang lain. Ia kemudian mendekapkan doa dalam dadanya, menarik selimut sunyi dan selembar kantuk mencurinya dari bangun.

...

Esok.
Seekor burung gereja tersenyum, ia melihat setangkai bunga matahari tumbuh di sebelah sebuah bunga yang cantik.


No comments:

Post a Comment