Monday, August 27, 2012

  
"Aku mau ngelukis hari ini" katanya
Hari itu untuk kesekian kalinya aku datang ke rumah perempuan ini. Seorang pelukis muda, seorang perempuan yang selalu membuatku kembali dalam kenangan-kenangan masa kecil, dimana aku tenggelam dan bermain-main dengan cat-cat dan kanvas.





"Maaf, ini siapa ya?"
"Hehehe salah satu penggemar lukisanmu"
Bertahun-tahun yang lalu aku meng-invite dia dalam akun yahoo messanger-ku. Aku terkesan dengan talentanya ketika ia sudah berpameran tunggal pada usia yang sangat muda. Dan setelah cukup lama, karena saya tidak cukup punya keberanian untuk menyapanya, Ella kemudian menyapaku, bertanya siapa aku.

"Hey, ayo kita tukeran karya," kataku
"Boleh"
"Tapi, kayaknya asik kalau sekalian bikin pameran aja di sini"
"Jogja?"
"Iya"
"Boleh, kayaknya seru"
"Oke, kita tentuin temanya dulu"
Kemudian jadilah saya berpameran bersama dengannya, pameran yang berawal dari niat hanya sekedar bertukar karya. Dan di pameran itulah pertama kali kita bertatap muka, mengenalnya, dan dia saat ini telah menjadi salah satu sahabat terbaik yang pernah kupunya.

Ella Wijt mempunyai masa kecil yang tidaklah berbeda dengan anak-anak kecil kebanyakan. Namun ada sesuatu yang menarik dalam diri gadis kecil itu. Ia sangat senang memperhatikan apa yang ada di sekitarnya, memikirkan bagaimana membuat sebuah objek yang ia lihat tersebut dalam sebuah goresan-goresan dari tangannya. Sifat tersebut terus bergelimang dan berkembang di dalam dirinya.

“Aku sangat mencintai dunia melukis.”
“Seperti sedang membahagiakan tubuhku sendiri”

Saat berusia 15, pamannya yang juga seorang pelukis mengajaknya untuk ikut berpameran. Itulah pameran pertama yang ia ikuti. Setelah itu ia sering diajak untuk mengikuti sebuah pameran di berbagai tempat. Ia menggelar pameran tunggal pertamanya tepat ketika ia menginjak usia tujuh belas tahunnya bertajuk “Its Just Been Started!”. Sebanyak 45 karya lukisannya digelar dalam rangka merayakan ulang tahunnya tersebut.

Setahun kemudian ia kembali menggelar pameran tunggal bertajuk Chasing After Wind (Menjaring Angin) di Museum Nasional, Jakarta. Ketika itu ia masih menjadi seorang pelajar SMA.
Chasing After Wind ini mencoba untuk menyampaikan pesan perdamaian di Indonesia ini. Pesan yang disampaikannya lewat strawberry dan ratusan origami burung burung bangau.

“Di Jepang banyak anak gadis memohonkan permintaannya dengan membuat origami burung bangau dalam jumlah banyak, yang kemudian mereka berdoa memohonkan keinginan mereka”
Sederhana, begitulah seorang Ella dalam berkarya.

“Percaya apa tidak, orang-orang lebih suka dibohongi dari pada jawaban jujur.”
“Misalkan mereka bertanya karyamu ini pesannya apa? Kalau aku menjawab, ya tidak ada pesan apa-apa, aku senang aja menggambar ini”
“Respon mereka pasti biasa aja, kadang cenderung meremehkan. Tapi kalau aku jawab komposisi karya ini sebenarnya menceritakan blab la blab la… pasti mereka akan tercengang, bilang ini bagus, padahal karyanya sama aja”
“Memang mungkin mereka melihat karya seni itu sebagai tanda, ya semua tergantung masing-masing”
“Bagiku art is suppose to be for fun. Dan aku berkarya bukan untuk dipuji, tapi ya itu tadi aku berkarya karena aku mencintainya seperti membahagiakan diriku sendiri.”

---------
Hari itu Jakarta cukup panas, aku diperkenankan untuk ikut melukis bersamanya. Setelah sekian lama aku tidak bermain di lembaran kanvas, hari itu untuk pertama kalinya aku kembali menggumulinya.
Ada perasaan rindu ketika mencium bau masam dari akrilik, bau kanvas, dan lembaran imajinatif.
"Ajarin, La"
"Apa, ngelukis?"
"Yaudah, kalo gitu kita ngelukis gambar yang sama aja"
Hari itu benar-benar seharian di depan kanvas. Walaupun akhirnya karyaku tidak selesai, tapi ada banyak masukan yang diberikannya untukku. Menyenangkan.


Beberapa hari yang lalu, Ella telah menyelesaikan studi Fine Art-nya di Fine Art di Nanyang Fine Art University di Singapura. Sepertinya ia akan melanjutkan studinya ke Amerika.

Selamat ya La,



No comments:

Post a Comment